Hutan
memiliki multi fungsi, mulai dari fungsi klimatologis, hidrologis, sosiologis,
biologis, dan ekonomis. Fungsi klimatologis hutan erat kaitannya dengan
unsur-unsur iklim seperti hujan, suhu, kelembaban, angin dan sinar matahari.
Seluruh hutan yang ada di Banten berperan sebagai paru-paru seluruh ekosistem
Propinsi Banten. Sulit dibayangkan, jika seorang manusia mengalami kerusakan
paru-paru, maka kehidupannya mengalami banyak gangguan. Begitu pula suatu ekosistem
seluas Propinsi Banten, jika hutannya mengalami kerusakan, maka ekosistem
itupun menjadi punah. Jika pohon di hutan terus ditebangi, maka ekosistem tersebut akan semakin parah.
Gejala-gejala ekosistem yang sakit
antara lain, pemasukan dan pengeluaran (siklus) air tidak terkendali, suhu dan
kelembaban meningkat, sinar matahari dan angin kurang termanfaatkan dan tidak
terarah. Sinar matahari yang mengenai pohon-pohonan atau vegetasi hutan, maka
energinya akan dimanfaatkan dalam proses fotosintesis, sehingga terbentuk
karbohidrat untuk pertumbuhan tanaman, termasuk untuk proses terbentuknya kayu.
Selain itu, dalam proses fotosintesis itupun, gas karbondioksida (CO2) yang
merupakan polutan di udara diserap oleh daun pohon-pohonan, dan dari proses
tersebut dikeluarkan oksigen (O2) yang sangat dibutuhkan untuk pernafasan
manusia. Hal inilah yang dimaksud bahwa hutan di Banten merupakan paru-parunya
ekosistem Banten.
Pemerintah Kota Serang,Banten memastikan sekitar 3060
hektar lahan mengalami krisis yang terjadi diberbagai kecamatan se kota Serang.
Kerusakan lahan tersebut disebabkan akibat penebangan liar, dan sebagian besar
merupakan hutan rakyat yang ditebang langsung oleh rakyat.
Luas area lahan mencapai sekitar 18.924 hektar,dari
jumlah tersebut sebagian mengalami krisis, karena disebabkan penebangan tanpa
aturan oleh pemilik lahan. Dan pemerintah Kota Serang sekarang ini terus
berupaya mencegah kerusakan tersebut dengan memperbaiki ekosistim hutan dan
menggalakan penanaman pohon.
Di Kota Serang, telah dilakukan langkah-langkah untuk dievaluasi terhadap
kondisi lingkungan Sebagaimana diketahui
bahwa sumber daya mencakup empat kategori, pertama sumber daya alam (Natutral
resources) kedua sumber daya manusia (Human resources) dan ketiga sumber daya
buatan (Artificial resources) kemudian keempat sumber daya sosial (Social
resources). Pembangunan kehutanan dan perkebunan merupakan bagian dari
pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam yang sifatnya dapat diperbaharui
(renawble resources).
Kemudian
pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam khususnya sumber daya hutan dan
kebun bukan hanya merupakan tanggung jawab dinas kehutanan dan perkebunan,
namun harus melibatkan semua stakeholder unsur pembangunan yang masyarakat,
pemerintah dan swasta.
Menurut Ajad
Sudrajad, untuk mengantisipasi adanya kerusakan lahan tersebut,
tentunya pihaknya berupaya mengajak semua elemen masyarakat maupaun pihak
pengusaha agar bisa menunjang program penanaman pohon demi perbaikan hutan
sekaligus sebagai gerakan sadar pengendalian hutan.
Maraknya tindakan penebangan pohon
secara liar oleh masyarakat, mengakibat lahan kritis semakin luas. Saat ini
lahan kritis di Banten seluas 117 ribu hektar. Ini terjadi karena hampir
mencapai 2 juta pohon per tahun ditebang secara liar oleh
masyarakat. Semakin meluasnya lahan kritis
tersebut dikarenakan kebutuhan ekonomi masyarakat. Masyarakat kerap menebang
pohon di lahan miliknya lalu dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Penebangan pohon di daerah miring akan membawa dampak berbahaya, di antaranya dampak musibah longsor dan erosi. Diharapkan masyarakat mengembalikan kondisi lahan usai pohon ditebang dengan cara penanaman pohon kembali.
Penanaman kembali itu tidak hanya sekadar tanaman pohon kayu, tetapi bisa dikombinasikan dengan tanaman produktif serta pohon yang punya nilai ekonomis seperti mangga, rambutan, durian dan lainnya. Kementerian Kehutanan di kota serang khususnya memiliki program kebun bibit rakyat. Dalam program itu, masyarakat yang punya lahan diminta untuk mengombinasikan tanaman kayu seperti jabon dan jati dengan tanaman produktif seperti mangga, durian, nangka dan rambutan. Tanaman produktif tidak ditebang, tetapi hanya pohon kayu.
Dalam hal ini,upaya untuk mengurangi lahan kritis di Banten dilakukan melalui program tanam 1 miliar pohon atau One Billion Indonesian Trees (OBIT). Pada 2011 lalu, target tanam pohon di Provinsi Banten berjumlah 13,5 juta batang pohon, dan teralisasi sebanyak 13,9 juta batang pohon. Pada 2012 ini, targetnya masih sama dengan tahun lalu yakni 13,5 juta batang. Program tanam pohon perlu digerakkan untuk mengantispasi terjadinya global warming. Sebab, banyaknya aksi penebangan pohon berakibat pada perubahan iklim yang kini tidak menentu. Masalah global warming perlu dipikirkan dari sekarang, melalui pembangunan yang berencana dan terkonsep. Sebab jika tidak diantisipasi dari sekarang, masa depan anak-anak kita terancam dengan perubahan iklim ekstrim.
Penebangan pohon di daerah miring akan membawa dampak berbahaya, di antaranya dampak musibah longsor dan erosi. Diharapkan masyarakat mengembalikan kondisi lahan usai pohon ditebang dengan cara penanaman pohon kembali.
Penanaman kembali itu tidak hanya sekadar tanaman pohon kayu, tetapi bisa dikombinasikan dengan tanaman produktif serta pohon yang punya nilai ekonomis seperti mangga, rambutan, durian dan lainnya. Kementerian Kehutanan di kota serang khususnya memiliki program kebun bibit rakyat. Dalam program itu, masyarakat yang punya lahan diminta untuk mengombinasikan tanaman kayu seperti jabon dan jati dengan tanaman produktif seperti mangga, durian, nangka dan rambutan. Tanaman produktif tidak ditebang, tetapi hanya pohon kayu.
Dalam hal ini,upaya untuk mengurangi lahan kritis di Banten dilakukan melalui program tanam 1 miliar pohon atau One Billion Indonesian Trees (OBIT). Pada 2011 lalu, target tanam pohon di Provinsi Banten berjumlah 13,5 juta batang pohon, dan teralisasi sebanyak 13,9 juta batang pohon. Pada 2012 ini, targetnya masih sama dengan tahun lalu yakni 13,5 juta batang. Program tanam pohon perlu digerakkan untuk mengantispasi terjadinya global warming. Sebab, banyaknya aksi penebangan pohon berakibat pada perubahan iklim yang kini tidak menentu. Masalah global warming perlu dipikirkan dari sekarang, melalui pembangunan yang berencana dan terkonsep. Sebab jika tidak diantisipasi dari sekarang, masa depan anak-anak kita terancam dengan perubahan iklim ekstrim.
Salah satu hal yang sangat penting dan tidak pernah
menjadi perhitungan dalam AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) adalah hilangnya
oksigen yang diproduksi oleh berbagai macam flora dan fauna di dalam hutan.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar